Gapki: Kalau Tidak Ada Sawit, Kira-kira Kita Defisit Dagang

Gapki: Kalau Tidak Ada Sawit, Kira-kira Kita Defisit Dagang

Terbaiknews - Aktivitas di kebun sawit. (Jawapos)

– Meski ekspor melandai, Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) optimistis komoditas minyak sawit mentah (CPO) beserta turunannya masih menjanjikan. Sepanjang 2020, konsumsi domestik CPO meningkat dan berkontribusi signifikan terhadap neraca perdagangan.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono optimistis, kinerja tahun ini masih akan sama baiknya. Tahun lalu, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai USD 22,97 miliar atau sekitar Rp 322,77 triliun. Sementara itu, surplus nonmigas secara total senilai USD 27,67 miliar (sekitar Rp 388,82 triliun).

“Yang menarik, surplus sepanjang 2020 itu sumbangan dari sawit USD 22,9 miliar. Jadi, kalau tidak ada sawit, kira-kira kita defisit dagang,” ujar Joko.

Dia menambahkan, surplus karena penurunan impor itu merupakan perkara yang lain. Namun, menurut dia, sawit punya peran penting dalam neraca dagang dan merupakan penyumbang yang dominan.

Pada semester II tahun lalu, ada perbaikan harga komoditas ekspor Indonesia. Tapi, itu belum cukup untuk mendorong kinerja ekspor. Sebab, hampir semua destinasi utama yang menjadi pasar untuk 80 persen ekspor Indonesia lesu. Hanya Pakistan dan India yang membukukan kenaikan, masing-masing 275.700 ton dan 111.700 ton.

“Dari beberapa produk turunan, yang naik ekspornya hanya oleokimia mencapai 20 persen. Saya perkirakan karena ada kenaikan permintaan disinfektan dan produk pembersih selama pandemi,” tambah Joko.

Data Gapki menunjukkan adanya kenaikan konsumsi produk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk pasar domestik selama 2020. Kenaikan disebut mencapai 3,6 persen dari tren konsumsi 2019.

Joko mengatakan, tahun lalu konsumsi CPO sebanyak 17,35 juta ton. Angka itu lebih tinggi daripada konsumsi 2019 sebesar 16,75 juta ton.

Peningkatan tersebut terutama ditopang konsumsi produk biodiesel dari 5,8 juta ton pada 2019 menjadi 7,2 juta ton. Selain itu, kenaikan untuk produk oleokimia turut mendongkrak konsumsi dari 89 ribu ton menjadi 197 ribu ton.

Berita dengan kategori