Social Anxiety Disorder, Trauma pada Usia Anak-Anak Jadi Faktor Risiko

Social Anxiety Disorder, Trauma pada Usia Anak-Anak Jadi Faktor Risiko

Terbaiknews - MENGHINDAR: Kecemasan yang dirasakan seseorang sejatinya adalah hal yang wajar. Namunkecemasan itu patut diwaspadai jika sampai mengganggu aktivitas. Misalnyasampai ketakutan atau menghindari bertemu dengan orang lain. (ILUSTRASI DIPERAGAKAN NADINE ANNABEL - ALFIAN RIZAL/JAWA POS)

Bagi sebagian orang, berada di tengah keramaian –baik situasi kerja kelompok maupun pesta– tak mudah. Ada rasa deg-degan hingga kecemasan tak wajar. Bahkan, muncul ketakutan bahwa keberadaannya justru memalukan dan mengusik lainnya.

JANTUNGberdebar, tubuh berkeringat dingin, hingga perut mulas jelang peristiwa besar –seperti presentasi sampai bertemu pacar– adalah hal wajar. Apalagi, jika momen itu bakal disaksikan banyak orang. Menurut psikolog Martaria Rizky R. MPsi, kondisi itu merupakan sensasi spontan sistem syaraf.

”Sensasi yang dirasakan tubuh saat tegang atau cemas adalah manifestasi primer. Artinya, tidak dipicu gangguan kesehatan lain atau penggunaan obat jenis tertentu,” ungkap Kiky, sapaan akrab Martaria Rizky. Meski, kecemasan itu patut diwaspadai jika sampai mengganggu aktivitas.

Psikolog alumnus Universitas Diponegoro tersebut menjelaskan, kecemasan tak wajar serta menetap bisa mengarah ke social anxiety disorder (SAD) yang juga populer dengan istilah fobia sosial. Penandanya, kecemasan pada situasi sosial di luar lingkungan rumah. Sesederhana mengobrol dengan tetangga atau ke pasar.

”Karena cemas, akhirnya muncul penghindaran. Misalnya, saat lewat rumah tetangga jalan cepat agar tidak disapa,” lanjut Kiky. Dia menyatakan, fobia sosial tak terbatas pada interaksi antarorang. Performa yang tak melibatkan public speaking pun ikut terganggu. ”Misalnya, pada atlet. Ketika latihan baik, tapi saat kompetisi tak maksimal gara-gara kurang fokus dilihat banyak orang,” lanjutnya.

Kiky menjelaskan, trauma maupun tindakan abusif yang diterima di usia anak-anak merupakan faktor risiko SAD. ”Onset atau serangan kecemasan sekitar 75 persen muncul di usia 8–15 tahun,” lanjutnya. Fobia sosial sangat jarang bermula di usia dewasa. Meski demikian, trauma masa lalu tak selalu jadi pencetus fobia sosial.

”Korban bullying tak selalu minder. Ada yang berhasil bangkit dan malah menjadi lebih baik,” papar psikolog yang juga dosen di Universitas Mercu Buana itu. Kiky menilai, penanganan fobia sosial sama seperti penyakit fisik. Butuh diagnosis dan perawatan dari psikolog maupun psikiater yang kompeten.

Dia menegaskan, status fobia sosial tak bisa diketahui lewat cocoklogi semata. Sebab, gangguan psikologi memiliki gejala yang nyaris sama dan membutuhkan observasi cukup panjang.

Tak Terapkan Lockdown Akhir Pekan, Surabaya Akan Tutup Enam Tempat Ini

Kiky menjelaskan, fobia sosial pun bisa dikontrol dan membaik dengan terapi. Psikoterapi seperti guided imagery dan terapi kognitif behavioral banyak membantu. ”Dalam beberapa kasus, dikombinasikan juga dengan terapi obat dengan dosis yang terus dipantau,” lanjutnya. Selain itu, orang dengan fobia sosial dibekali dengan pelatihan keterampilan komunikasi.

SEPERTI APA ORANG DENGAN GANGGUAN KECEMASAN SOSIAL ITU?

MENGHINDARI SOCIAL SITUATION: Tak mau presentasi, menghindari duduk di depan, hingga muka memerah dan gemetaran saat menjawab pertanyaan hampir di setiap pertemuan/kelas.

KETAKUTAN BERTINDAK ATAU TAMPIL DENGAN CARA TERTENTU: Misalnya, karena takut ketahuan suaranya gemetaran, seseorang menghindari berbicara di depan publik. Ketakutannya antisipatif, belum tentu terjadi.

MEMILIKI KETAKUTAN TAK PROPORSIONAL: Contohnya, seorang siswa takut lewat di depan kelas orang lain. Padahal, di kelas yang dilewati terbilang aman, tidak ada orang yang mengancam maupun tangga yang berisiko mencederai.

TERJADI KONTINU, DENGAN DURASI MINIMAL ENAM BULAN: Pengamatan (atau catatan dari orang dengan fobia sosial) jangka panjang penting untuk menentukan apakah kecemasan bersifat sementara atau dikategorikan gangguan.

MENGGANGGU SECARA SIGNIFIKAN: Seorang dosen dan seorang pekerja bangunan, yang sama-sama didiagnosis mengalami fobia sosial, bisa jadi memiliki ”tingkatan” gangguan berbeda. Dosen yang harus berinteraksi dengan orang banyak setiap harinya tentu lebih merasa terhambat.

APA YANG BISA DILAKUKAN ORANG TERDEKAT?

– Dengarkan curhatnya dengan sesama

– Jangan berikan tanggapan yang menyepelekan kondisi yang dialami

– Berikan apresiasi setiap mereka mampu menghadapi situasi sosial

– Dorong mereka ke psikolog dan menjalani terapi

SELF-HELP YANG BISA MERINGANKAN CEMAS

– Mempelajari teknik pernapasan perlahan (slow breathing) sehingga bisa segera menenangkan diri saat cemas menyerang. Selain itu, yoga disarankan untuk meredakan ketegangan.

– Lakukan persiapan sebelum menghadapi situasi yang membuat cemas. Misalnya, berlatih di depan cermin dan menguasai materi sebelum presentasi.

– Biasakan diri dari langkah kecil, misalnya pergi ke kafe ditemani orang terdekat (teman atau keluarga) atau menyapa orang lain yang sama-sama mengantre di kasir.

– ”Tantang balik” pikiran negatif dalam diri. Ketika tak berani presentasi, ingat kembali momen saat berhasil menyelesaikan paparan di depan kelas dan menjawab soal. Situasinya tak jauh beda, kok.

Saksikan video menarik berikut ini:

Berita dengan kategori