Ritel Berdarah-Darah, Departement Store Paling Parah!

Ritel Berdarah-Darah, Departement Store Paling Parah!

Terbaiknews - JakartaCNBC Indonesia - Sektor ritel yang paling terpuruk adalah department storebahkan...

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor ritel yang paling terpuruk adalah department store, bahkan minimarketÂpun kena dampak pandemiÂyang berkepanjangan. Sehingga pelaku usaha mal selaku pengelola tempat sudah mencoba memberikan keringanan sampai turunkan tarif sewa.

Berdasarkan Data Colliers International, pusat perbelanjaan yang beroperasi cenderung menjaga tingkat hunian dengan menahan tarif sewa. Walaupun sudah mulai mempertimbangkan kenaikan biaya pemeliharaan di 2021 meskipun dengan pertumbuhan yang moderat.

"Untuk mencapai solusi yang menguntungkan, beberapa pengelola mal memberikan kemudahan dalam pembayaran sewa dengan kebijakan yang bervariasi," kata Senior Associate Director Research Colliers International, Ferry Salanto kepada CNBC Indonesia,Âdikutip, Kamis (4/2).


Meskipun cenderung tercatat stabil dalam 6 bulan terakhir, tarif sewa di Jakarta turun 7% year on year. Mal yang baru beroperasi juga mematok tarif sewa lebih rendah di bawah rata-rata pasar.

Tingkat hunian dari ritel juga masih rendah, melihat rendahnya kunjungan masyarakat dan daya beli karena diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Ini akan semakin menekan tingkat penjualan dan dampak terburuknya, semakin banyak penyewa yang tidak mampu bertahan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan banyak peritel yang sudah terbebani dengan pembayaran uang sewa mal karena dampak pandemi dan pengetatan pergerakan mobilitas masyarakat.

"Kalau di mal itu kan sewa, yang stand alone dia investasi di awal besar tapi punya sendiri. Kalau yang sewa sudah lewat masa berlakunya ya sudah hilang. Dilanjut atau tidak ya tergantung kondisi keuangan perusahaan," katanya CNBC Indonesia, Kamis (4/2/2021). Walaupun dia tidak menampik sudah banyak peritel yang menutup gerainya akibat operasional yang tidak menguntungkan ditambah makin parah karena pandemi.

Dia menjelaskan dari beberapa format ritel mulai dari minimarket, supermarket, hypermarket, atau special store, format department store yang paling parah terkena imbas pandemi khususnya fashion. Menurutnya di masa pandemi sangat jarang untuk membeli baju baru karena kebutuhan tersier.

"Paling parah Department store, specialist store kurang, minimarket saja berkurang pendapatannya turun itu sekitar 6%. Departemen store itu Januari turun banget. Ada beberapa merek-an turun sampai 90% pendapatannya," katanya.

Menurut dia, pelaku usaha hanya ingin bertahan di masa pandemi. Namun mengubah penjualan berbasis online juga masih kurang membantu. Penjualan pelaku bisnis ritel fashion masih bergantung pada transaksi yang konvensional. Makanya jika tidak menguntungkan tentu akan melakukan perampingan dengan menutup gerai dan merumahkan karyawan untuk menekan biaya.


[Gambas:Video CNBC]

(hoi/hoi)

Berita dengan kategori