Optimistis dengan 2021, Bos Pertamina Buka-bukaan Strategi

Optimistis dengan 2021, Bos Pertamina Buka-bukaan Strategi

Terbaiknews - JakartaCNBC Indonesia- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku lebih...

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku lebih optimistis terhadap tahun 2021. Hal ini dilakukan dengan 3 aspek yang dipersiapkan mulai dari sisi hulu hingga hilir.

Berbicara di Energy Corner Special Edition: Energy Outlook 2021, Nicke menjabarkan bahwa Pertamina telah menggenjot hulu migas pada 2020 dan berlanjut ke 2021.

"Dari sisi hulu baik 2020 dan 2021 Pertamina menggenjot hulu migas karena masih impor dan produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Pada 2020 di saat pandemi produksi migas pertamina hampir mencapai target.dan produksi nasional mencapai 60%," ujar Nicke Kamis (4/2/2021).


Strategi yang kedua, adalah di Pertamina juga menggenjot dari sisi kilang sehingga produksi bisa di atas target impor. "Tahun ini sama dengan adanya kilang di Cilacap maka solar produksi tetap optimal. Dari 2019 kita tak lagi impor solar, kita harus menurunkan impor," jelas Nicke.

Sementara itu dari sisi hilir, Nicke memprediksi terjadi peningkatan permintaan 10-20% dibandingkan dengan 2020. Untuk merespons hal ini, Pertamina pun akan tetap mendorong di sisi hilir ini karena akan menurunkan opex sehingga harga akan lebih rendah.

"Akses availibility (terhadap BBM) juga akan semakin baik dengangn Pertashop. Di kondisi pandemi kita tetap menjalankan tugas dengan dalam BBM 1 Harga," ujarnya,

"Pada 2021 kami lebih optimistis daripada 2020 karena akan ada peningkatan demand dan secara pondasi lebih kuat," ujar Nicke.

Dalam kesempatan yang samaÂNicke WidyawatiÂmenyebut Pertamina masih mencetak laba di tengah goncangan pandemi pada 2020 karena perseroan berhasil melakukan sejumlah penyesuaian.

"Di sepanjang 2020 biar pun ada tiga hal, triple shock, yang dialami, Pertamina masih bisa laba," ungkapnya.

Awal pandemi, Pertamina mengimpor minyak dalam jumlah besar pada April-Mei 2020. Lalu, minyak ini disimpan di tangki penyimpanan, baik di darat (landed storage) maupun di kapal. Dengan demikian, menurutnya ini berdampak pada penurunan biaya pokok produksi perseroan, khususnya di semester kedua 2020.

"April-Mei kita beli minyak dalam jumlah besar dan disimpan di landed storage dan kapal, sehingga berdampak ke penurunan biaya pokok produksi," ujarnya.

Pada awal pandemi Covid-19 di Maret 2020, Pertamina mengalami triple shock yakni penurunan harga minyak, penurunan permintaan minyak, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.


[Gambas:Video CNBC]

(dob/dob)

Berita dengan kategori