Jokowi: Industri Keuangan Syariah adalah Raksasa yang Sedang Tidur

Jokowi: Industri Keuangan Syariah adalah Raksasa yang Sedang Tidur

Terbaiknews - ILUSTRASI BRI Syariah. (JawaPos.com)

– PT BRI Syariah Tbk telah ganti nama menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) hari ini, Senin (1/2). Peresmian nama baru merger bank-bank syariah negara terbesar ini dilangsungkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Peresmian nama baru itu setelah dilakukan proses penggabungan tiga bank syariah BUMN yaitu PT BRI Syariah Tbk, PT BNI Syariah Tbk, dan PT Mandiri Syariah Tbk.

Dalam peresmian hari ini, saham BRIS terus menguat sejak pertengahan sesi I pagi tadi hingga setelah penutupan sesi I siang ini. Harga saham BRIS terus naik hingga 11,07 persen menjadi Rp 2.710 per lembar saham pada pukul 14.00 WIB.

Presiden RI Joko Widodo mengatakan, industri keuangan syariah adalah raksasa yang sedang tidur. Saat ini pemerintah memiliki menaruh fokus yang besar untuk membangkitkan raksasa ini.

“Industri keuangan syariah adalah raksasa yang sedang tidur. Salah satunya membangun satu bank syariah terbesar di Indonesia,” ujarnya dalam video conference sekretariat Presiden, Senin (1/2).

Pemerintah menargetkan proses merger perbankan syariah milik negara tersebut rampung pada Februari 2021. Ketiga bank tersebut juga telah menandatangani akta penggabungan yang menandakan dimulainya proses penggabungan.

Setelah digabung, bank hasil merger akan memiliki aset hingga Rp 214,6 triliun, dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Selain itu, bank hasil merger akan menargetkan pembiayaan UMKM hingga proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar.

“Sederhananya semua aset bank syariah akan dilebur jadi satu untuk melahirkan bank syariah raksasa. Total 3 aset bank syariah sampai semester pertama 2020 Rp 214 triliun. Sebuah angka yang besar,” ucapnya.

Saham BRIS Kini jadi Primadona, Yusuf Mansur: Pas Beli Nggak Mikir Bos

Sementara itu, komposisi saham pada entitas baru tersebut mayoritasnya akan dipegang oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 51,2 persen. Kemudian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebanyak 25 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,4 persen, DPLK BRI – Saham Syariah 2 persen, dan publik 4,4 persen.

Berita dengan kategori