Duh! Ratusan Hotel di Jogja Bangkrut, Ada yang Dijual Obral

Duh! Ratusan Hotel di Jogja Bangkrut, Ada yang Dijual Obral

Terbaiknews - JakartaCNBC Indonesia -ÂRatusan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Â di ambang...

Jakarta, CNBC Indonesia -ÂRatusan hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Â di ambang bahkan sudah mengalami kebangkrutan. Sebagai daerah wisata, Jogjakarta terkena hantaman keras akibat Covid-19 yang sudah berjalan selama 10 bulan terakhir.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranawa Eryana menyebutkan bahwa jumlah hotel yang gulung tikar dari hari ke hari kian bertambah.

"Ada beberapa unit usaha yang mulai tutup. Kemarin data kita 30, sekarang sudah meningkat jadi 50 di DIY per hari ini hotel dan resto yang tutup, ini hanya data yang masuk sebagai anggota PHRI DIY, jumlahnya 300-an. Kalau di luar PHRI, bisa dua kali lipat, ratusan," sebut Deddy kepada CNBC Indonesia, Senin (1/2/21).


Ratusan hotel masuk ke dalam beberapa kategori, mulai dari kuat, setengah kuat, pingsan, hampir mati dan mati. Kekuatan finansial dari masing-masing unit usaha menjadi penentu.

"Ada kemungkinan hotel dijual, bertahan dengan menjual aset atau istirahat sementara saja. Banyak juga yang menawarkan hotel," papar Deddy.

Tutupnya ratusan hotel itu sebagai dampak pembatasan sosial, dimana ada imbauan masyarakat tidak melakukan mobilitas jika tidak perlu. Sehingga, pendapatan tidak ada karena sebagian besar masyarakat luar daerah tidak memilih berlibur ke Jogjakarta.

"Kenapa tutup? Hotel dan resto nggak kuat lagi bayar operasinalnya, listrik tetap, bayar karyawan, BPJS tetap jalan, pajak juga jalan. Argo berputar, tapi pemasukan nggak ada," kata Deddy.

Selain kewajiban yang tetap jalan, sebagian besar hotel juga sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai apa yang diminta pemerintah, baik pusat maupun daerah. Misalnya sertifikasi Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan)

"Jadi kelihatannya apa gunanya mendapatkan itu, sementara kran kita dimatikan. Karena sektor pariwisata mobilitas pergerakan manusia, kalau pergerakan dihentikan harusnya ada solusi relaksasi, ini yang kita rasakan," katanya.


[Gambas:Video CNBC]

(hoi/hoi)

Berita dengan kategori