Ahli: Sedih Kasus Aktif Covid-19 Indonesia Lebih Banyak dari India

Ahli: Sedih Kasus Aktif Covid-19 Indonesia Lebih Banyak dari India

Terbaiknews - ILUSTRASI. Pasien Covid-19 saat memasuki mobil jemputan Bus Sekolah untuk dibawa ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet di Puskesmas Kebayoran LamaJakartaSenin (25/01). ( Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

– Indonesia belakangan mulai dibandingkan dengan negara India dalam pengendalian pandemi Covid-19. Sebab, selain jumlah tes di India yang jauh lebih masif hingga 197 juta tes, kasus aktif atau pasien yang sakit di India juga lebih rendah dari Indonesia padahal penduduk India 1,3 miliar. Pasien Covid-19 yang masih sakit di Indonesia yakni 175 ribu orang sedangkan India hanya 169 ribu orang.

Menanggapi hal ini Ahli Spesialis Penyakit Dalam yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban menjelaskan, India walaupun penduduknya di atas 1 miliar namun jumlah populasi yang terinfeksi juga mencapai 10 juta lebih. Sedangkan Indonesia mencatat kasus 1 juta orang.

“Indonesia kasusnya 1 juta orang dengan penduduk 270 juta. Itu lebih dari sepersepuluhnya India,” kata Prof Zubairi kepada JawaPos.com, Senin (1/2).

Testing Covid-19, Indonesia Kalah dari India yang Penduduknya Miliaran

“Artinya jika dihitung-hitung sebaran di India lebih cepat dari yang terjadi di Indonesia,” lanjutnya.

Meski begitu, Prof Zubairi mengakui memang benar kasus aktif rawat inap di India lebih sedikit dari Indonesia. Dan ini menjadi catatan yang harus diperbaiki bagi sistem dan manajemen penanganan pandemi di Indonesia.

“Kasus aktif kita lebih banyak dari India. Itu mengesalkan kita, membuat kita sedih. Artinya di kita yang lebih berat, lebih banyak,” tukasnya.

Lalu mengapa hal itu bisa terjadi? Menurut Prof Zubairi itu terjadi karena kapasitas RS sudah melebihi ketersediaan yang ada. Sehingga semakin banyak pasien kasus berat tak mendapat penanganan yang cepat.

“Itu karena pasien terlambat ke RS. Lah wong sakit beneran, harus antre menunggu diperiksa, antre nunggu dulu. Bayangin masuk IGD antre, rawat inap antre juga. Bisa dibayangkan sehingga kasus lebih berat,” paparnya.

“Kalau penyakit semakin berat kan masuk rawat inap, masuk ICU,” tambah Prof Zubairi.

Itulah mengapa, lanjutnya, kasus aktif di Indonesia lebih tinggi daripada di India. Maka dia mendesak kapasitas RS harus ditambah. Tak hanya RS namun juga segala fasilitas lainnya baik nakes, obat, hingga ventilator dan lainnya.

“Sekali lagi jumlah kasus total India di atas 10 juta. Namun kasus aktif, India lebih sedikit. Itu jadi PR buat kita. Bagaimana bisa mencegah kasus-kasus datang terlambat. Harus menambah RS rujukan tentunya dengan nakes, ICU, ventilator, reagensia, hingga obat-obatan,” tegasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Berita dengan kategori